Wednesday, 16 July 2014

POHON

Aku enggan menjadi pohon besar yang dapat kamu jadikan sandaran bersamanya. Aku tak mau jadi pohon rindang untukmu berteduh bersamanya. Aku bahkan tak sudi menjadi pohon penuh bunga yang dapat kamu petik dan selipkan ketelinganya. Kuberitahu! Aku hanya pohon kecil dengan beberapa lembar daun tanpa ditemani bunga warna warni. Lalu apa jadinya jika aku dirusak olehmu dan dia. Akan matilah pohon kecil ini jika kamu telantarkan karenanya.

Tapi untuk sekarang aku tak akan mati karena selagi kamu bersamanya kumasih punya sedikit nyawa. Jadi bisakah kamu pergi dan berhenti  menggunakanku sebagai prantara agar dia nyaman bersamamu ? Tolong laukanlah itu. Pergilah! Bawalah dia bersamamu. Pergi menjauh, sejauh mungkin. Biarkan aku sendiri memulihkan nyawaku menjadi utuh lagi. Kuat berdiri sendiri tanpa bantuanmu.

Tentang pintaku tadi ku ingin tau apa pendapatmu? Berfikir bahwa aku baik-baik saja ? Yakin kalau  aku akan bahagia? Ah ya benar sekali. Aku juga menganggap begitu, tapi hanya awalnya. Ternyata pohon ini semakin renta. Sendirian, kesepian, dan selalu bertanya, kenapa awan gelap itu menutup matahariku? Kenapa juga matahariku enggan untuk menyingkirkannya?

Sejalan waktu pertanyaan itu menemani kerapuhanku. Bersama pertanyaan dan kerapuhan ada harapan yang selalu terselip, akankah kamu usir awanmu dan kembali menerangiku, lagi ?
  
By Raenwulan



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More