Aku enggan menjadi pohon
besar yang dapat kamu jadikan sandaran bersamanya. Aku tak mau jadi pohon
rindang untukmu berteduh bersamanya. Aku bahkan tak sudi menjadi pohon penuh
bunga yang dapat kamu petik dan selipkan ketelinganya. Kuberitahu! Aku hanya
pohon kecil dengan beberapa lembar daun tanpa ditemani bunga warna warni. Lalu
apa jadinya jika aku dirusak olehmu dan dia. Akan matilah pohon kecil ini jika
kamu telantarkan karenanya.
Tapi untuk sekarang aku tak
akan mati karena selagi kamu bersamanya kumasih punya sedikit nyawa. Jadi
bisakah kamu pergi dan berhenti menggunakanku sebagai prantara agar dia nyaman
bersamamu ? Tolong laukanlah itu. Pergilah! Bawalah dia bersamamu. Pergi
menjauh, sejauh mungkin. Biarkan aku sendiri memulihkan nyawaku menjadi utuh
lagi. Kuat berdiri sendiri tanpa bantuanmu.
Tentang pintaku tadi ku
ingin tau apa pendapatmu? Berfikir bahwa aku baik-baik saja ? Yakin kalau aku akan bahagia? Ah ya benar sekali. Aku
juga menganggap begitu, tapi hanya awalnya. Ternyata pohon ini semakin renta.
Sendirian, kesepian, dan selalu bertanya, kenapa awan gelap itu menutup
matahariku? Kenapa juga matahariku enggan untuk menyingkirkannya?
Sejalan waktu pertanyaan
itu menemani kerapuhanku. Bersama pertanyaan dan kerapuhan ada harapan yang
selalu terselip, akankah kamu usir awanmu dan kembali menerangiku, lagi ?
By Raenwulan