Thursday, 16 August 2012

Kisah Masa Tua Bagi Seorang Ayah


SEDIKIT RENUNGAN BUAT KITA-KITA YANG MASIH MUDA ( YANG
 KELAK AKAN
 MENJADI  TUA PULA .... )


 Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo
 atau lebih
 terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan
 teman-temannya.
 Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu
 tua, tiba-tiba
 mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk
 menyendiri
 sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.

 Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba
 mengajaknya
 berbicara.. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau
 mengobrol dengannya
 dan si opa menceritakan kisah hidupnya.
Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus
 mencari usaha
yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak
yang sangat saya
 cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami
 bisa tinggal
 dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang
 sangat bagus.
 Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil
 sekolah sampai
 ke luar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi.
 Akhirnya
 mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam
 berkeluarga..

 Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya
 pensiun dan
 menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang
 selalu setia
 menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini
 meninggal dunia
 karena sakit yang sangat mendadak. Sejak kematian istri
 saya tinggallah
 saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami
 sudah
 mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang,
 tiada lagi
 orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukan
 nya.

 Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun
 memberi kabar
 melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan
 mengatakan
 kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien
 juga toh saya
 dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga
 saya
 menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah
 besar lagi tapi
 tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah
 itu saya ikut
 dengan anak saya yang sulung.

 Tapi apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk
 sendiri-sendiri
 dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun
 mereka mau menyapa
 saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah
 saya selalu
 hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak
 pernah
 sakit-sakitan.

 Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya
 berharap kalau saya
 akan mendapatkan sukacita didalamnya, tapi rupanya tidak.
 Yang lebih
 menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti,
 mereka
 menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk
 keselamatan
 saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya
 memecahkan
 alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya
 makan dan minum
 dari alat-alat kayu atau
 plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para
 pembantu dan
 anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil
 mengucurkan
 airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

 Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak
 yang dulu
 sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu
 adalah seorang anak
 yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi
 apa yang saya
 dapatkan?

 Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak
 saya dan istrinya
 mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim
 saya untuk
 tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya
 teman untuk
 berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi
 saya.

 Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun
 dari mereka yang
 datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan
 kesukaan saya.
 Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya
 besarkan dengan
 segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya
 bertanya-tanya mengapa
 kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya
 bukanlah
 orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil.
 Saya hanya
 minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk
 dengan diri
 sendiri.

 Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan
 anak-anak yang
 demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman
 dan juga
 kunjungan dari sahabat - sahabat yang mengasihi saya tapi
 tetap saya
 merindukan anak-anak saya.

 Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk
 datang kesana dan
 berbicara dengan sang opa.
 Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti
 dengan
 keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa
 serta
 anak-anaknya untuk berkunjung.

 Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan
 menyesali
 hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita.

 Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua
 dan kesepian ?
 Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di
 dunia dan
 menjadi seperti ini.

 Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak
 yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.
 Jika kamu menerima e-mail ini berarti masih ada orang yang
 peduli
 kepadamu untuk mengingatkan jasa kedua orang tuamu.

 When was the last time you chat to your parent? THEY NEED
 YOU!

 Love your parents in anyway they are...

ketika kehidupan memberimu seribu alasan untuk menangis, tunjukkan kalo kamu mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum.. Tersenyumlah selalu.. :)

Tak lama lagi tubuh ini tidak berkesadaran lagi, digeletakkan di tanah bagaikan sebatang kayu yang tak berguna
(Dhammapada 41)

Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More