Saturday, 8 September 2012

UNSUR INTRINSIK DAN UNSUR EKSTRINSIK


Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
 
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri.
Sedangkan unsur yang membangun karya sastra dari luar karya sastra tersebut dinamakan unsur ekstrinsik.
(1)              Macam-macam unsur intrinsic
n  Tema
n  Amanat
n  Latar/Setting
n  Sudut Pandang
n  Tokoh dan Penokohan
n  Alur
n  Gaya bahasa
A.)TEMA
Adalah permasalahan utama yang menjiwai seluruh cerita/karangan. Tema dapat ditemukan dengan mengidentifikasi konflik yang terdapat dalam cerita tersebut. Tema biasanya dirumuskan dalam kalimat/pernyataan yang singkat & padat.
Misalnya :
Tema : percintaan, kehidupan sosial, lingkungan hidup, agama, dsb.
B.) AMANAT
Adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Amanat dalam cerita bisa berupa nasihat, anjuran, atau larangan untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu. Yang jelas, amanat dalam sebuah cerita pasti bersifat positif.
Misalnya :
Hendaknya kita selalu berbakti kepada orang tua.
Janganlah kita senang berbohong.
C.) LATAR/SETTING
Adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan/peristiwa dalam cerita.
Latar terbagi menjadi tiga yaitu :
n   Latar waktu
n   Latar tempat
n   Latar suasana 
D.) SUDUT PANDANG
Adalah posisi pengarang dalam ceritanya. Bisa jadi ia menjadi tokoh dalam ceritanya tersebut (pengarang berada di dalam cerita).
Namun, bisa juga dia hanya menjadi pencerita saja (pengarang berada di luar cerita).
Sudut pandang dibagi menjadi dua yaitu :
n   Sudut pandang orang pertama
Pada sudut pandang orang pertama, posisi pengarang berada di dalam cerita. Ia terlibat dalam cerita dan menjadi salah satu tokoh dalam cerita (bisa tokoh utama atau tokoh pembantu).
Salah satu ciri sudut pandang orang pertama adalah penggunaan kata ganti ‘aku’ dalam cerita. Oleh karena itu, sudut pandang orang pertama sering disebut juga sudut pandang akuan.
S.P. orang pertama terbagi lagi menjadi dua yaitu :
S.P. orang pertama pelaku utama (Tokoh ‘aku’ menjadi tokoh utama dalam cerita.
S.P. orang pertama pelaku sampingan (Tokoh ‘aku’ hanya berperan sebagai tokoh pendamping/pembantu saja.


n   Sudut pandang orang ketiga
Pada sudut pandang orang ketiga, pengarang berada di luar cerita. Artinya dia tidak terlibat dalam cerita. Pengarang berposisi tak ubahnya seperti dalang atau pencerita saja.
Ciri utama sudut pandang orang ketiga adalah penggunaan kata ganti ‘dia’ atau ‘nama-nama tokoh’. Oleh sebab itu, sudut pandang ini disebut pula sudut pandang diaan.
S.P. orang ketiga terbagi menjadi dua yaitu :
S.P. orang ketiga serba tahu (pengarang mengetahui segala tingkah laku, perilaku, keadaan lahir dan batin tokoh cerita).
S.P. orang ketiga terarah (pengarang hanya sebatas mengetahui kondisi lahiriah dari para tokohnya).

n   Sudut pandang campuran

E.) TOKOH
Adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berkelakuan (memiliki sifat/watak) di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Berdasarkan peranannya dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi tiga yaitu tokoh utama, tokoh pembantu, dan figuran.
Sedangkan berdasarkan wataknya, tokoh dibagi menjadi tiga yaitu tokoh protagonis (tokoh baik), tokoh antagonis (tokoh jahat), dan tokoh tritagonis (tokoh penengah)
F.) PENOKOHAN
Adalah cara pengarang dalam menyajikan/menggambarkan watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
Penokohan secara umum dibedakan menjadi dua yaitu :
 Penokohan secara langsung (analitik)
Artinya pengarang secara langsung menjelaskan watak/citra dari tokoh tersebut dengan kata-kata.
Misalnya bahwa tokoh A adalah orang yang cerewet dan suka mengadu domba.
Atau bahwa fisik tokoh B adalah cantik, rambutnya hitam tergerai, dsb.

Penokohan secara tidak langsung    (dramatik)
Artinya penggambaran `watak/citra tokoh dilakukan secara tersamar.
Pada penokohan jenis ini, pembaca bisa menyimpulkan watak seorang tokoh dari :
n   pikiran tokoh
n   dialog/ucapan tokoh
n   tingkah laku/tindakan tokoh
n   lingkungan sekitar tokoh
n   reaksi/tanggapan dari tokoh lain
n   keadaan fisik tokoh 
G.) ALUR/PLOT
Adalah rangkaian/jalinan antar peristiwa/ lakuan dalam cerita.
Sebuah cerita sebenarnya terdiri dari berbagai peristiwa yang memiliki hubungan sebab -akibat.
Misalnya karena ada peristiwa 1 (pacarnya lari) maka akibatnya terjadilah peristiwa 2 (tokoh A frustasi). Jalinan itu yang dinamakan alur/plot
v JENIS-JENIS ALUR
n  Alur maju (alur lurus)
            Rangkaian peristiwanya bergerak maju dari awal ke akhir (kronologis)
n  Alur mundur (alur flashback)
            Rangkaian peristiwanya bergerak mundur dari akhir ke awal (set back)
n  Alur campuran (maju-mundur)
            Rangkaian peristiwa bergerak secara acak.
H.) POLA/TAHAP ALUR




I.)                GAYA BAHASA PENGARANG
Adalah cara pengarang mengungkapkan ceritanya melalui bahasa yang digunakan.
Setiap pengarang memiliki gaya masing-masing. Ahmad Tohari, misalnya, dia banyak menggunakan kalimat-kalimat yang indah dan kuat untuk mendeskripsikan latar dalam ceritanya.
Kuntowijoyo banyak menggunakan idiom-idiom Jawa dalam ceritanya.

(2)             Unsur Ekstrinsik

§  Nilai-nilai dalam cerita
Nilai-nilai itu antara lain: nilai agama, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya.

1.    Nilai Agama
Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran yang bersumber dari agama tertentu.
Contoh:
Ahim memperlama sujudnya. Ia banyak meminta di  tiap sujud karena sujud adalah saat dikabulkannya doa. Ia dengan sepenuh hati meminta kepada Allah agar dimudahkan menghadapi ujian nasional esok. Ahim telah mempersiapkan diri secara maksimal, tetapi ia yakin apa yang akan ia dapat adalah apa yang akan Ia karuniakan kepadanya.
Nilai agama yang terkandung dalam penggalan cerita di atas adalah meminta kepada Allah saat sujud dalam salat.

2.    Nilai Moral
       Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan akhlak/perangai atau etika. Nilai moral dalam cerita bisa jadi nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk/jelek.
Contoh:
Amak menatap orang itu dengan nanar. Apa yang diucapkan oleh mulut perempuan itu seperti sekeranjang sampah yang sudah sangat membusuk. Ini hal baru bagi Amak.
“Kau kerja di sini harus izin dulu, tak bisa sekehendak perutmu!”
Perempuan itu sudah paruh baya. Buruknya isi lidahnya mengimbas kepada keburukan wajahnya.

Nilai moral yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah nilai moral yang jelek, yaitu seorang perempuan yang sangat kasar mulutnya pada orang lain.

Adi mengangkat tubuh Haikal ke pundaknya. Hah…berat juga, katanya dalam hati. Ia berjalan pelan menuruni bukit. Ia harus segera tiba di perkampungan terdekat agar nyawa sahabatnya ini bisa diselamatkan. Gigitan ular berbisa di tempat mereka berkemah semalam, tampak membuat kaki kanan Haikal membiru kehitaman.

Nilai moral yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah nilai moral yang baik, yaitu kesetiaan seorang sahabat yang berjuang menyelamatkan nyawa sahabatnya.

3.    Nilai Budaya
       Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan/tradisi/adat-istiadat yang berlaku pada suatu daerah.
Contoh:
Pusing kepala Inop sekarang. Rasanya tumbuh sebuah uban sehari di kepalanya. Ke mana hendak dicarikannya uang tiga juta rupiah untuk diserahkan kepada keluarga calon mertuanya. Uang itu akan digunakan sebagai pengisi sudut namanya, suatu istilah untuk menamakan pemberian pihak calon mempelai laki-laki kepada keluarga calon mempelai perempuan.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang, Mak?” tanya Inop agak melotot kepada Amaknya.
“Kau sudah aku bilang, tak usah buru-buru kawin. Ka babini seperti orang sasak cirik sajo. Kini aden juo yang susah!” jawab Mak marah.
Sekarang bukan satu, tiga puluh tiga uban sehari bertunas di kepala Inop.

Nilai budaya yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah kebiasaan di suatu tempat di Ranah Minang, pihak calon mempelai laki-laki memberi sesuatu kepada pihak keluarga calon mempelai perempuan.

4.      Nilai Sosial
       Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat.
Contoh:
Semua bersedih. Langit pun tampak mendung, seakan ikut bersedih. Jenazah Yuda terbaring kaku di ruang depan. Masyarakat datang berbondong-bondong memenuhi rumah duka. Mereka ikut kehilangan seseorang yang selama ini dikenal sangat rajin mengurus mesjid, ramah, dan ringan tangan dalam memberi bantuan. Sebagian masyarakat sudah berangkat ke pemakaman untuk menggali kuburan, dan mempersiapkan pemakaman.

Nilai sosial yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah masyarakat yang dengan suka rela menjenguk orang yang kemalangan dan bergotong royong mempersiapkan pemakaman.

n  Latar belakang kehidupan pengarang
n  Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan 

NB : Jika postingan ini berguna/bermanfaat untuk anda, anda juga bisa memberikan saran di postingan ini melalui kotak komentar di bawah, terimakasih :*

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More