Thursday, 24 January 2013

AKU KAMU DAN PRIAMU

Jangan katakan kalimat itu lagi, aku bosan mendengar kamu berulang-ulang bilang padaku “ Lupakan aku, karena kamu pantas dapatkan yang lebih baik dibandingkan ku “ .

Lalu inikah caramu menjelaskan padaku bahwa pria itu yang lebih pantas mendapatkan kamu ketimbang diriku.

Nalarku masih tak berjalan, kenapa kini kamu tetap memilih bersamanya, pria yang dua tahun lalu kamu kenalkan padaku .

Oh Tuhan, apakah dia waktu itu tak merasakan bahwa aku tersakiti .

Saat perkenalan yang tak pernah kuanggap ada itu aku katakana pada priamu “ Jaga dia baik-baik, dia wanita yang baik, jangan sakiti dia karena dia adalah sahabatku “

Dan semua pintaku pada priamu itu tak pernah benar-benar tulus kukatakan .

Setahun telah kamu lewati bersama priamu, sedang aku masih asik dengan kesibukanku menuliskan bait-bait puisi untukmu , mebacakan dengan sungguh-sungguh ke telingamu agar kamu bisa mendengar dan menyimaknya , menyimak puisi yang ternyata setiap kata demi kata yang kurangkai itu kamu anggap hanyalah karyaku yang ingin kutunjukkan padamu .
Dan puisiku kali ini menjadi puisi terakhir yang kamu terima.Hanya beberapa baris tapi kurasa sudah jelas .

Kamu harus tau doaku kepada Tuhan
Doaku ini selalu sama kupanjatkan
Aku berharap agar kamu merasakan hadirku
Melihatku dengan hatimu
Peka bahwa aku mencintaimu

Kenapa kamu tak mau lagi mendengar puisi yang kubuat ?
Inikah caramu membunuh cintaku ?
Mematikan setiap doa dan harapanku ?
Aku tak pernah peduli dan tak pernah ingin tau jawabannya karena aku takut mendengar kata iya .
Yang aku tau aku mecintaimu meski kini dua tahun telah berlalu .
Dan kamu masih bersama priamu . Kamu masih meyakini aku bahwa aku bisa memiliki wanita yang lebih baik dibandingkan kamu , meyakini bahwa persahabatan kita hanyalah sebatas persahabatan .
Hingga akhirnya aku benar-benar sampai pada kenyataan bahwa aku tak bisa memilikimu .
Ikatan suci bersama priamu membuat semua anganku pupus .

Di setiap rangkaina kata yang kubuat
Di dalam persahabat kita yang masih terikat
Bahagialah bersamanya

By Raenwulan

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More